Laman

Rabu, 30 Juni 2010

BEGINILAH AKU MENGAJAR.....!

Aku mengajar kelas 6B. Datang agak telat karena menyiapkan penganan yang akan dititp di kantin sekolah.

Memasuki pintu gerbang aku telah diperlihatkan dengan anak-anak kelas enam b yang kena hukum dilapangan. Aku tidak bertanya kenapa dengan guru yang mengawasi. Sepertinya masalah klasik. Tidak buat PR atau tidak lengkap atribut atau bisa jadi juga karena ribut di lapangan saat apel pagi. Aku hanya terssenyum simpul dengan Bu arifah seraya menunjuk anak-anak yang kena hukum dengan bahasa isyarat, bertanya kenapa. Tanpa bersuara. Dibalas anggukan. Kalo dipikir bingung juga ya. Tapi begitulah bahasa isyarat yang aku tahu sejauh ini. Hanya dipahami dengan diam pada akhirnya.

Aku masuk ke kelas 6B. Anak-anak telah siap-siap untuk melaksanakan sholat dhuha. Beberapa lama setelah itu, aku bertanya siapa yang akan jadi Imam dan Qomat. Beberapa anak tunjuk jari. Aku mengangguk pada anak yang pertama tunjuk jari. Mulailah mereka ambil posisi. Pagi ini tak ada kendala. Sholat berjalan lancar. Setelah selesai, mereka berkemas. Anak-anak kelas 5B kembali ke kelas mereka. Untuk sholat, mereka memang digabung dengan anak kelas 6. karena kelas mereka sempit. Soalnya kelas yang mereka tempati adalah sebuah kelas untuk satu kelas yang dibagi 2 karena siswanya lebih untuk satu kelas. Terlalu berdesakan. Dan, ditakutkan guru-guru akan kewalahan untuk mengajar mereka.

Kembali ke kelas 6B. Alvin meyakinkan dan mengingatkan kalo ada PR bahasa inggris. Anak-anak ada yang merespon cepat. Lantas langsung mengumpulkan PRnya, ada yang masih menerawang keluar. Entah tak jelas apa yang sedang dalam pikirannya. Mungkin ada sesuatu yang menarik diluar sana, atau barangkali ada yang tidak nyaman, masalah di rumah atau yang lainnya. Aku berseruayo PRnya dikumpul

” Bu ada yang ga buat PR”
” yang ga buat PR maju kedepanaku menjawab
Yang tak buat PR bersungut-sungut dan yang merasa aman karena telah membuat PR menertawai untuk mengejek. Merasa tak terima, anak-anak yang tidak membuat PR, berseru” Bu, ada yng buat PR di kelas
gak usah ngajak-ngajak dong” Arif tak terima.
” yang tidak membuat PR dan yang buat PR di kelas maju kedepan.” setengahnya maju. Kelas hanya menyisahkan 10 orang. Aku tidak mau merusak pagi ini dengan marah-marah yang terlalu dini. Merusak suasana pagi yang cerah ceria. Terlihat matahari bertengger menyilaukan. Indah. Setelah kemarin-kemarin mendung, hujan, cerah, kembali mendung, dan seterusnya. ” yang tidak buat PR ikut saya keluar. Pakai sepatu, cabuti rumput di lapangan”. Ya, jadilah mereka mencabuti rumput yang cukup subur tumbuh di lapangan dan memunguti sampah-sampahnya.

Aku masuk ke kelas berkonsentrasi dengan siswa-siswaku yang berada di dalamnya. ” open page 76! ” seruku . enak juga mengajar murid yang sedikit. Gumamku dalam hati. Tidak merusak konsentrasi mengajar. Anak- anak terlihat tertib dan segera merespon apa yang aku perintahkan.” Well, everybody, listen to me very carefully” aku mulaii membaca. Dan setelahnya menyuruh mereka mengulangi perkalimat yang aku ujarkan. Lancar tanpa halangan yang berarti. “ sekarang silahkan kalian baca dua atau sampai tiga kali, setelah itu maju kedepan satu, satu untuk membaca keras. Ibu ambil nilai. Kata-kata yang sulit, silahkan tanyakan” . mereka mulai membaca. Aku keluar untuk sidak kegiatan anak-anak yang sedang membersihkan halaman. Aku mampir ketengah-tengah mereka. ” Ayo jangan ngobrol, Husen ”.
Sekitar 15 menit aku menyuruh mereka berhenti. ” kenapa gak buat PR?” tanyaku.
Lupa Bu..”
susah cari terjemahannya
” ah, alasan saja. Kan waktunya sudah lama. Dah, sekarang silahkan cuci tangan, masuk kelas. Ingat jangan ribut kalo masuk kelas”. Tanpa harus kompromi, mereka langsung mengangguk.
Beberapa saat kemudian, kelas mulai ramai dengan obrolan anak-anak. Jujur saja, inilah yang seringkali membuat buyar konsentrasiku kalo mengajar. Seringkali aku telah menyiapkan ideide cemerlang untuk menbuat mereka antusias dalam belajar bahasa inggris yang tak ubahnya seperti saudara matematika yang super ribet dan rumit, tapi hilang karena kondisi yang tidak kondusif. Setelah aku menjelaskan materi, dan menunggu anak menyiapkan diri untuk maju kedepan untuk membaca keras sebuah wacana dalam buku bahasa inggris. Aku duduk dimeja guru yang terletak di sisi kanan dekat jendela. Aku mempcerhatikan anak-anakku satu-satu. Ada yang asik bercanda. Saling jahili, ada yang berusaha konsentrasi membaca, ada yng diam. Dan, ya ampun! Masih ada yng sedang mengerjakan pelajaran lain. Astaghfirullah! Benar-benar hari-hariku diuji sedemikian rupa. Kebanyakan dari mereka tampak tidak rapi. Dari rambut, pakaian, kebersihan gigi, jari, tangan dan kaki. Sepertinya anak-anak sekarang malas gosok gigi. Gigi berlubang ada dimana-mana. Apakah mereka sadar bahwa seringkali bau mulut mereka tidak sedap dan seringkali pula ada sisa makanan disana. Yang paling sering sisa cabe. Hehehe. Hmmm!. Meski aku telah seperti ini, aku masih saja mati kutu. Dalam artian, aku masih bingung. Cara apa yang tepat untuk membuat mereka menjadi paham. Seperti hal-hal yang masih aku ingat sampai kini. Yaitu pelajaran-pelajaran, dan kata-kata bijak dari Bapak Munarto, ketika aku masih SD dulu. Begitu membekas. Sangat. Apakah mereka sama sepertiku yang dibiarkan hidup semandiri-mandirinya dengan alam. Tanpa disiplin waktu bermain, belajar, makan , pakaian, dll. Tapi apa mungkin seperti itu. Yang aku tahu, anak-anakku rata-rata dari orang yang berada. Beberapa diantara mereka, memiliki Laptop. Untuk hal ini aku menyimpulkan bahwa dalam hal fasilitas rumah tangga, pakaian, belajar gak mungkin mereka nggak punya. Laptop aja ada kok.

Tapi yah tetap saja aku memiliki tugas yang tidak bisa aku wakilkan dengan siapapun. Bu Muslimah saja mengajari anak Belitong pelosok saja bisa mencetak anak-anak dusun yang tidak memiliki apa-apa, menjadi orang-orang yang berguna dan berhasil. Zamanku, kondisiku tidak seburuk yang dialami Bu Muslimah. Artinya adalah, aku jangan terlalu sering berkeluh kesah ( Ehm, masih suka meneluh nih! ).

Dan aku memutuskan untuk mengajari anak didikku dengan sebaik-baiknya. Sebisa yang aku lakukan. Kunantikan kalian setelah liburan berkahir , anakku.
Menjadi Guru itu INDAH.....