Laman

Kamis, 07 Juni 2012

Buku dan Hijrah


Jujur saja bahwa sampai saat ini saya merasa begitu terpuruk. Sulit menumbuhkan semangat setelah lelah dan rutinitas yang telah membuat bosan. Huh! Sebenarnya ada satu hal yang bisa mengubah segalanya. BUKU. Itu saja. Saya telah lama ingin membeli buku, tapi sampai saat ini kebiasaan itu belum terulang kembali. Selain toko bukunya yang tidak selalu jualan, budgetnya harus direlakan buat keperluan lain. Ada lagi. Daftar buku buku yang ingin saya beli itu nggak ada di Pagaralam. Duh, Pagaralam. Kota kelahiran nan sejuk. Tapi kenapa dirimu masih begitu polos tanpa warna yang mengundnag selera. Mandela’s Way, Perempuan Perempuan Yang Mengubah Dunia, buku-buku terbitan Tarbawi. Uh! Gregetan!!

Tadi, karena nggak ada buku baru yan bisa dibaca, kembali deh membuka-buka daftar majalah dan buku-buku lama. Ada pendaran-pendaran semangat yang menghangat, tapi membacanya dua kali membuat saya merasa kehilangan waktu ini yang semestinya untuk mengerjakan pekerjaan yang lain. Ya Allah, pertemukanlah Hamba dengan teman-teman yang banyak buku-buku bagus. Jadi meski saya belum bisa membeli, minimal saya telah bisa mmebacanya lewat pinjaman. Tapi di Pagaralam benar-benar nggak ada. Hiks!

Pagaralam, Pagaralam. Kau Indah, sejuk, bebas polusi, menyehatkan. Tapi saya tetap tidak merasa puas. Saya masih butuh ilmu yan banyak, yang bejibun, yang mengalir kemana-mana. Sepertinya jika kau tetap seperti ini, saya akan meninggalkanmu. Saya akan pergi ke tempat dimana saya bisa mendapatkan buku sebanyak-banyaknya. Well, ada resikonya memang. Saya harus meninggalkan pekerjaan saya dan keluarga. Dua hal yang sangat rumit. Saya telah mendiskusikannya dengan orang-orang yang saya percaya dengan latar belakang yang berbeda-beda pula. Dan, pada intinya mereka sepakat bahwa saya harus make a move. Hihihi, kayak iklan rokok saja. Tapi saya nggak suka rokok. So, berhentilah merokok demi kesehatanmu dan agarsaya nyaman berbicara dengamu selamanya. Semoga dirimu akan membacanya suatu ketika.

Tarbawi edisi 236 th. 12, Syawal 1431, 7 Oktober 2010

“Jika kita jauh dari keluarga karena menuntut ilmu, maka pelihara kehormatan mereka dengan belajar  yang rajin. Jika kita meninggalkan mereka untuk urusan nafkah, jaga kehormatan mereka denga mencari pekerjaan-pekerjaan yang halal dan legal. Bekerjalah dengan gigih, dan jangan mudah menyerah”

Inilah yang membuat saya kian mantap untuk berhijrah. Belum lagi bahwa Allah telah memberikan ridho kepada hambaNya yang berhijrah dengan niat untuk lebih baik daris segi ibadah dan ilmu. Rasul dan sahabat hijrah dari Mekah ke Madinah semata-mata karena ingin eksistensi mereka sebagai muslim tetap terjaga.  Semua pasti beresiko memang, tapi ada berkahnya karena saya berniat baik. Tentang Ridho, entahlah saya lupa. Dimana saya sempat membaca sebuah kalimat. Isinya adalah “Mencari Ridho Allah bukan semata untuk Kaya”. Atau Ridho Allah bukan semata berbetuk kekayaan. Sebuah paradigm yang mengingatkan saya untuk jangan lupa dan salah sangka. Ya Allah buatlah benar-benar bahwa ridho Engkau itu bukan kami yakini semata dalam berbentuk harta, pangkat atau ketenaran. Tapi keshalihan kami, teman dan keluarga yang kian bertambah dan bisa kami menjaga keberadaan mereka serta jalan rezeki yang tidka perah putus. Buat kami ridho dnegan kekurangan harta yang kami miliki. Buat kami senang menjalani masa-masa kami yang mungkina akan dating nanti. Teguhkanlah hati kami untuk tidak pernah berpaling dari segala bentu kasih sayangMu yang tak pernah engkau hilangkan bagi semua makhluk ciptaanMu. (jadi curhat nih…)
Alhamdulillah, perut mulai hangat karena sudah sarapan. Telur kuah kuning, ikan asin dan tempe goreng, sudah cukup untuk pagi ini.
Matahari mulai masuk lewat pintu belakang rumah yang terbuka. Disini aku merasa butuh matahari untuk bergerak. Berbeda ketika ditempat suamiku di Bekasi. Panasnya seolah ingin izin untuk tak butuh barang sejenak. Kicau burung yang bergema dari kejauhan. Air sungai yang suaranya terdengar bendesah kala sepi merayap. Saat ini tak terdengar. Desauannya kalah dengan hingar binger kendaraan abad modern yang hilir mudik. Saya sendiri saat ini. Suami saya jauh di Bekasi. Ada Ebit G ade yang bisa mengobati rasa rindu ini. Luar biasa memang efek CINTA.
Biarlah, nanti aku akan menikmati hari-hariku menjadi seorang istri dengan Sang Pangeran Kunci Syurgaku. Aku akan bertemu dengan orang-orang lebih banyak lagi, belajar lagi. Aku ingin bahasa inggrisku mumpuni dan mampu bersaing dimanapun. Aku tidak memiliki apa-apa ya Allah. Hanya Engkau yang kumiliki. Ridhoi apa yang harus hamba jalani. Buat hamba ikhlas menjalaninya…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar