Laman

Senin, 10 Januari 2011

“DIA TELAH KEMBALI...”


Oleh: Hurul Aini

Nyimas Rofifah Hanum, nama seorang siswa baru di kelas 4A. Ofif, panggilan akrabnya pindah dari kota Lubuk Linggau. Berdasarkan informasi dari kepala sekolah, anak tersebut cerdas. Dan juga hafalannya banyak. Aku ngiri.

“ Ummi, Ofif belum bisa masuk sekolah. Dia sakit.” Kata Ummi Elva. Rupanya beliau adalah Bibi dari anak tersebut.

“ Kelas berapa Ummi?”. Kataku menyahut.

“ Dia masuk di kelas Ummi, 4A” timpalnya.

“ Oh ya gak pa-pa”. Jawabku sambil mengunyah bekal yang kubawa dari rumah. “Sakit apa Ummi?”

“ Kalau dari periksa kemarin, katanya jantung bocor...”

“Innalilallahi, udah lama?” aku serius.

“ Enggak, baru kok.”

“ Sekarang gimana?”

“ Masih opname di Palembang”. Aku mengangguk-angguk.

Awalan cerita itu mengendap untuk sementara waktu. Aku adalah wali kelas 4A. Ketika jam belajar aktif diberlakukan, kami fokus dengan kerja kami masing-masing sebagai guru di MI AL-AZHAR. Untuk tahun ajaran baru ini, kami dipanggil dengan sebutan baru. Umi dan Abi. Biar ngakrab katanya. Pengalaman baru menjadi seorang walikelas 4 cukup sedikit membuatku bingung. Soalnya medalami karakter anak diusia tanggung. Lucu, Minta perhatian, manis di depan, gampang diajak ketawa, nurut yang tulus, mengangguk nurut “ Ya Umm...iii” tapi setelah praktiknya, ya lagi-lagi kutemui anak-anak gaduh pas waktu sholat. Ketika diam-diam aku berdiri didepan pintu, mereka langsung ambil posisi manis seolah tak terjadi apa-apa. Jujur saja kadangkala sangat menggemaskan. Dilain waktu, aku harus belajar bagaimana agar tidak kecewa.

Sekitar 2 minggu berselang, Ofif masuk kelas. Teman-temannya menyambut dengan sukacita. Dan dengan senang hati memberikan tempat yang pas untuknya. Anak-anak putra yang mulai tumbuh rasa “usil” nya menumpahkan ekspresinya masing-masing. Jingrak-jingrak, lari-lari, perosotan dilantai keramik, atau bahkan teriak-teriak dengan kombinasi ketiga-tiganya. Ada-ada saja.

“ Ummi, ada yang mengetuk pintu” seru salah seorang anakku.

“ Tolong bukain ya” kataku.

“ Assalamualaikum, Ummi?” seru seseorang di depan pintu.

Aku mendongakkan kepala” Oh Ummi, Wa alaikumsalam”

Wanita itu tersenyum” ini lho Ummi, Alhamdulillah, Ofif sudah bisa masuk. Sebenarnya belum saya suruh. Karena belum pulih benar, tapi dia maksa untuk masuk.”

“ Oh gitu. Gak apa-apalah Ummi, biar dia cepat kembali semangat. Ayo Ofif langsung masuk saja.”

“ Ummi, saya mau minta jadwal pelajaran untuk Ofif” kata sang Ummi.

“ Oh ya. Nanti insyaAllah ana print-kan saja ya Ummi.” Jawabku.

“Ya-ya. Makasih ya Ummi.” Ummu Ofif pamit pulang setelah memberikan uang saku untuk buah hatinya.

Sore hari setelah pulang sekolah aku lupa kalau softcopy jadwal pelajaran terhapus dii komputer sekolah. Ya sudahlah. Nanti suruh minta saja dengan temannya. Mpi barangkali tak kan sungkan meminjami.

“ Titip ya Ummi, karena Ofif belum sembuh benar. Ya, dia gak boleh terlalu capek. Mungkin untuk sementara gak usah dulu ikut olahraga ya..”

“ Oh ya, nanti saya sampaikan sama guru olahraganya.”

Mpi dan teman-teman dengan tersenyum duduk dekat dia. Sepertinya senang sekali mereka. Jamku sudah habis. Aku pamit dengan anak-anak. Sekarang jam olahraga.

Abi Fadjri telah menunggu di kantor. Dia biasa duduk dekat komputer sambil mendengarkan nasyid atau ceramah agama. “ Ofif belum pulih benar. Untuk sementara mungkin jangan dulu ikut olahraga” . Abi Fadjri mengangguk.

Aku langsung membenahi semua barang-barangku. Buku-buku, bekal, absen, media dan meletakkan yang bisa ditinggal dikantor keatas lemari. Loker sudah penuh. Jadi punyaku kutaruh diatas lemari. Aku harus bergegas. Ada jadwal ngeles bahasa inggris di ASMA jam 4 sore.

“ Minta tolong titip anak-anak kelas 4A. Nanti kalau piket, minta tolong diawasi. Bangkunya diturunkan. Makasih ya Abi.”

Aku keluar kantor dengan menyandang tas ransel. Aku tahu seharusnya aku tidak memakai tas ransel. Tapi mengingat aku harus langsung ke kampus, dan perlengkapan harus kubawa semua, tas Sophie Martinku tak akan muat. Jadi pakai ransel.

Rasanya belum genap tiga minggu. Terkabari Ofif opname lagi. Memang Ummu Ofif sudah wanti-wanti kalau Ofif masih ada jadwal kontrol ke Palembang. Tentu saja aku maklum. Dan ceritanya waktu itu, memang sebenarnya Ofif hanya mau kontrol. Tapi, ketika selesai refresing Hb nya drop. Jadi disarankan untuk opname.

***

” Memang ada hasil diagnosa bahwa Ofif kemungkinan kena Leukimia” kata Bu Elva.

“Astaghfirullah..., kok bisa Ummi” aku kaget sekali. Banyaklah yang berkecambuk dalam pikiranku. Ofif masih kecil, leukimia, penyakit yangmengerikan bagiku, dan dan tak akan sembuh kecuali transfusi darah seumur hidup dan tentu saja biaya mahal. Ya Allah, kasian sekali Ofif.

Dan jadilah kelas tak di isi lagi oleh Ofif. Sempat terfikir untuk menelpon Ummu ofif sekedar menanyakan bagaimana kabar Ofif saat ini. Apakah dia sudah baikan atau memberikan support untuk Umminya. Tapi entahlah, tak mampu saya menyempatkan diri untuk itu. Aku terlalu sibuk dengan pekerjaanku sendiri lebih-lebih ketika aku harus ke Palembang mencari buku-buku yang relevan untuk skripsiku. Setelah pulang aku langsung berkonsentrasi menggarap kembali kekurangan yang ada di proposal skripsiku.

“ Katanya mau diambil sumsum tulang belakang Las..” Ummi Eva berkata “ untuk memastikan sakit apa sebenarnya Ofif”.

“ Oh”. Hanya itu responku. Karena menurut yang aku dengar, yang aku baca dibuku, sumsum tulang belakag itu sakit sekali pada saat diambil. Ya Allah kasian sekali Ofif.

Ramadhan tiba. Waktu itu pukul 9 pagi. Aku sedang duduk dikursi sambil nonton TV. Nokia Tune berdering dari HPku. HP pemberian dari salah seorang temanku. Nomor baru, kataku dalam hati.

“Halo, Assalamualaikum”

“Wa’alaikumsalam. Ini dengan Ummi Sulas?”

“Ya betul” aku pemperbaiki posisi dudukku, karena aku merasakan bahwa aku memahami orang ini dengan kata-kata “ Ummi”nya .

“ Ini Umminya Ofif

“ Oh Ummi, gimana keadaan Ofif?” Reflek saja pertanyaanku. Karena memang sudah lama aku ingin menanyakan kabarnya. Tapi karena “LUPA” dan “LALAI”ku yang membuat aku tak sempat-sempatnya bertanya tentang itu. Kali ini mukaku benar-benar serius. Dan takut-takut kalau aku tak mendengar atau sedikit terlewatkan kata-katanya.

“ Ummi, Ofif sudah meninggal Ummi.” Ada suara tertahan disana.

“Innalillahi wa innaillahi roji’un. Aku sedikit shock. Sekarang dimana Ummi? Aku menurunkan kadar suaraku.

“ Sekarang masih di Palembang. Mau langsung dibawa ke Pagaralam”

“ Berarti sore nanti sampai ya Ummi? ” aku meyakinkan.

“ Ya nanti sore sampai. Minta tolong disampaikan dengan yang lain. ”

“Ya Ummi, akan saya sampaikan. Sabar ya Ummi...”kata-kataku yang terakhir bercampur dengan kata-katanya.

“ Assalamulaikum..”

“ Wa alaikumsalam.”

Segera setelah itu aku langsung sms dengan Kepsek. Ingin langsung nelpon tapi beda nomor, butuh pulsa yang memadai. Pulsaku tak cukup untuk berbicara lama.

Tak lama, Ummi Eva menelpon. Aku langsung bertanya kapan kiranya melayat ke rumah Ofif. Dan hasil kesepakatan, kami akan kesana sore nanti. Jam setengah lima. Aku memprediksikan Jenasah Ofif akan sampai jam 5an. Jadi bisa menunggu jenazah di rumah. Tentu saja aku ingin melihatnya, menyambutnya dan menyemangati Umminya.

Aku tiba sekitar jam setengah lima. Dan aku hanya melihat Ofif yang sudah dikafani. Tak sempat lagi aku melihat wajahnya. Menyesal sekali karena tak sempat lagi melihatnya. Umminya mengelus-elus kepalanya yang telah putih.

Jenazah akan disholatkan. Dan aku tak bisa ikut sholat. Karena aku sedang uzur. Ketika aku bertemu muka dengan Ummi Rofifah, aku langsung memeluknya. “Sabar Ummi” melihat wajahnya, aku menangis tertahan. “ InsyaAllah Ofif akan jadi penolong di akhirat”.

“ Ya, terimakasih Ummi. Ana sabar” jawabnya dengan ketegaran yang ditumbuhkannya.

***

Nyimas Rofifah Hanum. Betapa ummi iri ketika medengar bahwa hafalanmu banyak , Nak. Ummi iri ketika mendengar ananda kembali dengan keadaan masih suci. Apa rasanya disana nak? Pastinya malaikat menyambutmu dengan ramah bukan? Meski kami tak paham apa sakitmu sebenarnya, tapi yang ada dalam pikiran Ummi adalah bahwa engkau telah dijaga oleh Allah. Allah ingin melihatmu hidupmu dalam keadaan baik dan berkah.

Kita seringkali mudah sekali berubah. Hari ini baik, tapi besok kita telah tergoda oleh dunia. Ummi meyakini bahwa Allah menjagamu dari perubahan-perubahan itu.

***

“ Ofif, sampai kapan kau ingin menikmati dunia?”1

“ Aku ingin sampai umur sembilan tahun saja...!”

Footnotes:

1. Dramatisasi penetapan takdir Allah pada diri tiap manusia pada umur 4 bulan dalam kandungan.

Cerpen ini ummi buat untuk mengungkapkan rasa penyesalan ummi yang kurang perhatian ketika ananda Ofif sakit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar